Jumat, 22 Juni 2012

Senja di Batas Khatulistiwa #6 - Djatmiko


Dik Susi,


Maaf aku terlambat membalas suratmu, saat ini aku sedang terjebak di hutan gunung leuser. Para pengkhianat mengepung kami dari berbagai arah dan terpaksa kami harus bersembunyi di hutan untuk beberapa hari sampai bantuan tiba. Aku juga tidak tahu apakah surat ini akan sampai padamu atau tidak, semoga saja bisa sampai.


Jika aku berhasil lolos dari hutan ini, aku berjanji akan segera datang ke sukabumi untuk menjemputmu, lalu kita sama-sama ke Jakarta dan menghadap ke orang tuamu untuk membuktikan kesungguhanku, kita akan hadapi semua bersama.

Sejujurnya, prajurit yang tersisa saat ini hanya 5 orang saja.. yang lainnya sudah gugur saat posko kami mendapat serangan dadakan sehabis sholat subuh. Dik Susi, jika terjadi sesuatu padaku nanti… aku harap kamu bisa mendapatkan yang lebih baik dariku walau aku tidak ingin itu terjadi.


Dik susi, aku masih ingin menikmati senja bersamamu… melingkarkan kedua lenganku dipinggangmu dan membisikkan rindu pelan-pelan ke telingamu, agar kau tahu betapa besar rindu yang telah aku kumpulkan sampai keadaan bisa menerima kita baik-baik.


Dan kali ini, rindu kita yang rapuh hanya bisa mengeluh ketika mengingat seseorang jauh…kamu dan aku.


Seandainya saja Tuhan mempertemukan kita kembali, aku berjanji tidak akan meminta apa-apa lagi pada Tuhan, karena aku hanya ingin kamu.


Di antara serbuan peluru rindu,


Sersan. Djatmiko Hardjotaruno


ps: balasan surat ini bisa dibaca ---> di sini





Kamis, 21 Juni 2012

Resonansi Rindu (#1)

Bacalah tulisan ini sambil mendengarkan --> suara ini


“Aku ingin menjadi bagian dalam lamunanmu, yang kadang membuatmu tersenyum malu-malu.”

Aku adalah sebuah presipitasi hujan ringan. Aku terjatuh pelan-pelan sebagai pengingat untuk manusia agar bersiap-siap mencari tempat berteduh. Aku adalah penanda hujan, orang-orang biasa menyebutku “Gerimis”

Aku mencintai seorang hawa dari bangsa manusia, aneh bukan? Namun begitulah kenyataannya. Dia sering sekali menungguku di depan rumahnya. Dan setiap aku datang dia tampak begitu riang. Nama wanita itu “Violets”.  Aku tahu itu karena ibunya sering sekali memanggil namanya ketika aku sudah datang, namun dia tidak pernah peduli dengan panggilan ibunya yang terkadang sudah sangat kesal.

Pernah suatu hari aku datang diam-diam, saat itu aku mendahului mendung. Matahari sangat terik, kulihat Violets sedang duduk di halaman rumahnya dan berdoa pada Tuhan agar aku segera datang. Aku pun langsung saja menjatuhkan diriku dan menyentuh kulit Violets dengan lembut, pada mulanya dia tampak kebingungan namun kemudian dia mulai tertawa riang. Seketika aku merasa begitu bahagia melihat Violets menari-nari  gembira sambil berusaha memelukku.

“Kamu tahu? Ada rintik-rintik hujan yang mendoakanmu di hatiku.”

Sialnya aku melakukan hal yang salah, Tuhan menganggapku pembangkang karena berani turun ke bumi tanpa ijinNya. Kata Tuhan aku bisa menyebabkan bencana jika datang tanpa rencana. Padahal, sepengetahuanku tidak ada bencana yang disebabkan oleh gerimis kecil sepertiku.

Tuhan semakin marah, karena aku mencoba melawanNya. Kata Tuhan jika aku datang maka hujan akan mengikuti dan itu bisa menyebabkan bencana. Sebagai hukumannya Tuhan mengubahku menjadi hujan dan itu membuatku sangat kecewa, karena jika hujan turun maka Violets akan masuk ke dalam rumahnya agar tidak basah. Jika sudah begitu, bagaimana aku bisa menemui Violets?

“Aku sangat mencintaimu, hanya saja Tuhan masih belum mempercayakan kamu buatku… mungkin aku harus berusaha lagi meyakinkan Tuhan.”




Tulisan ini merupakan duet saya dengan @gerimis_





Jumat, 08 Juni 2012

Senja di Batas Khatulistiwa #5 -Djatmiko


Dik Susi Marina Dewi…

Senang rasanya membaca balasan surat darimu, rasa senangnya seperti bahagia gembira gitu. Ngerti kan ya maksudku? Pasti ngerti dong..

Oh iya dik, minggu depan aku akan dipindah tugaskan ke Aceh. Aku dimasukkan dalam anggota Kopasus.. bukan kopi pake susu loh, soalnya kan aku gak suka kopi tapi sukanya susu. Apalagi susu hasil memerah sendiri, rasanya segar sekali. *aku meremas spons saat ini* *maklum aku menulis sambil mencuci piring*

Dik Susu eh maksudku dik Susi yang tercinta…

Sejujurnya aku pun masih merahasiakan tentang sosokmu dari orang tuaku, aku tidak ingin berdebat dengan mereka. Tapi percayalah, suatu saat nanti pasti aku akan mengenalkanmu pada mereka dan meyakinkan jika kita berdua saling mencintai sepenuh hati, selalu, selamanya, tak terpisahkan.

Oh iya dik Susi, jika nanti aku di Aceh…hmm.. kemungkinan besar aku akan bermarkas di sebuah gunung yang jauh dari pemukiman warga. Mungkin beberapa surat yang aku kirimkan ataupun kau kirimkan akan datang sedikit terlambat. Aku harap kamu bisa mengerti itu.

By the way, aku harus segera melakukan latihan perang sebentar lagi… bersabaralah dik, aku selalu mendoakan yang terbaik dalam hubungan kita ini, untuk saat ini biarlah kisah ini Martabak..eits bukan makanan kesukaanmu tapi Martabak itu Mari kita tebak-tebak.


Kecup basah sambil mendesah,


Sersan. Djatmiko Hardjotaruno




balasan surat ini bisa dibaca --> di sini





Selasa, 05 Juni 2012

Senja di Batas Khatulistiwa #4 - Djatmiko


Hai dik Susi yang Yahud dan Cihuy...

Senang sekali membaca balasan suratmu dik,
Tenang saja, seperti apapun tulisanmu akan selalu menyenangkan untukku.

Waah.. kamu bertemu dengan Romy dan Romi ya? Eh itu orang yang sama bukan sih? jadi bingung.. dulu kan yang aku kenalin ke kamu namanya Rohana, udah jadi cowo ya dese? Yaolo tolong.

By the way, kamu gak usah khawatir soal surat menyurat kita ini… toh, ini hanya untuk sementara sampai aku selesai bertugas membela bangsa ini dan segera pulang kepelukanmu. Percayalah kita punya cinta yang besar untuk dipertahankan keutuhannya.

Dik Susi…
Kita jatuh cinta dalam banyak perbedaan dan terpisah oleh jarak tapi semua itu bisa kita atasi sampai sejauh ini, jadi janganlah kamu berpikir untuk menyerah. Kamu tahu dik? Aku selalu menyebut banyak namamu dalam setiap doaku… bahkan seringkali namamu lebih banyak kusebut daripada nama Tuhan. semoga Tuhan tidak Jealous ya.

Dik Susiku..
Kita memiliki banyak sekali perbedaan-perbedaan dalam hubungan kita ini, Tuhan kita, cara kita berdoa, cara kita menyebut nama Tuhan dan suku kita yang juga berbeda, tapi kita punya satu persamaan yang dapat mengalahkan perbedaan itu. Kita sama-sama saling mencintai sepenuh hati. Maka jagalah kesamaan kita yang hanya satu-satunya itu, dik. oke dik? sip ya.

Dik Susi yang kurindukan selalu.
Janganlah kamu pernah berpikir untuk menyerah pada keadaan ini. Sadarilah jika rindu adalah bukti jika kamu memiliki cinta yang besar kepada orang yang kamu rindukan itu. Kebahagiaan tidak hanya datang dari pertemuan, tapi juga dari rasa saling percaya antara kita dan bahkan mungkin juga kebahagiaan itu datang dengan sangat sederhana seperti selembar surat ini. Seperti aku yang selalu merasa bahagia setiap pak pos datang dan membawa surat darimu.

Oh iya dik Susi, sudah hampir maghrib di makasar… aku mau bersiap ke masjid dulu ya dik. Kamu jangan lupa ke gereja. Buktikan pada Tuhan jika kita pantas untuk bersama meski dalam perbedaan. Biar Tuhan percaya… aku dan kamu.

Salam hangat kecup macho dalam iringan beribu doa,

Sersan. Djatmiko Hardjotaruno


ps : balasan surat ada di sini

Jumat, 01 Juni 2012

Senja di Batas Khatulistiwa #3 -Djatmiko


Kepada dik Susi yang-muaccch di hatiku…

Senang sekali membaca balasan suratmu, by the way ada juga ya bule yang mirip sama aku di tempatmu bekerja. Senang mengetahui jika aku mirip dengan bule itu walau hanya mirip di umurnya saja. Tapi perlu dik Susi ketahui jika akupun masih ada keturunan campurannya, kebetulan ibuku berasal dari jawa dan ayahku seorang abri… maka lahirlah aku yang keturunan jawa-abri.

Dik Susi yang SUnggu SIntal  body-nya, kamu tidak usah khawatir akan keadaanku di sini… aku baik-baik saja, kamu tenanglah. Aku ingin jika semua sudah selesai  dan aku menghampirimu, kamu SUSI alias SUdah SIap untuk membawa hubungan kita ke tahap yang lebih serius.

Dik Susi yang SUngguh SImpatik  terhadapku, percayalah aku terus menjaga hati ini untukmu… tak pernah sedikitpun terlintas dibenakku untuk mencari penggantimu, karena aku akui jika aku sudah sangat SUSI alias SUka SIkapmu kepadaku yang begitu tulus, lembut dan berhati besar.

Dik Susi yang SUdah SInggah di hatiku, aku sesungguhnya belum tahu pasti kapan akan dikirim ke Aceh tapi yang pasti dalam waktu dekat ini, aku pasti akan mengabarimu jika sudah ada kepastian dari para Jendral. Dik Susi yang SUkarela SIap membantu merawat para pejuang bangsa, aku harap kelak pertemuan kita nanti tidak SUSI alias SUngguh SIngkat karena aku ingin selamanya bersamamu dan tak terpisahkan lagi.

Oh iya dik Susi yang SUka SIul-siul, janganlah kamu insekyur karena insekyur hanya akan merusak your heart pure. Oke dik Susi. Dan satu lagi… soal martabak, nanti kita buat sama-sama ya martabaknya *kedip manja* *senyum genit* *jawil dagu*

Cumbu mesra membabi buta,

Sersan. Djatmiko Hardjotaruno


ps : balasannya bisa dilihat di sini