Halo dik Susiku yang semlohay…
Surat darimu baru saja tiba diantarkan oleh pak pos berkumis
tipis dengan senyum sok manis yang suka meringis. Hampir saja aku menangis
menunggu suratmu yang tak kunjung tiba itu, manis.
Lega rasanya mengetahui kamu baik-baik saja, rasanya seperti
melepas sepatu dan kaus kaki setelah seharian bekerja…sungguh menyenangkan,
andai saja kau tahu bagaimana rasanya memakai sepatu prajurit, sungguh berat
dan tidak nyaman sama seperti perasaanku saat merindukanmu namun tidak bisa
memelukmu…. Tragis tapi romantis, Sadis tapi manis, Meringis tapi teriris..
begitulah.
Dik Susiku yang aduhai, aduh cantiknya.
Surat darimu beberapa kali membuatku tertawa ternyata kamu
lucu juga ya, ah rasanya ingin mencubit-cubit gemas pinggangmu yang berbalut
seragam perawat itu. Kamu benar-benar gadis pujaanku.
Dik Susi… aku bangga padamu yang dengan ikhlas mau menolong sesama
dan mengobati penyakit mereka. Tidak salah aku memperjuangkanmu dan cinta kita.
Oh iya dik, sepertinya bulan depan aku akan
dipindah-tugaskan ke Aceh untuk menjaga keamanan di sana, karena pemberontak
sudah semakin menjadi-jadi. Jika semua sudah aman, aku berjanji akan segera
menemuimu untuk menuntaskan semua kerinduan ini.
Aku, kamu di antara jarak yang
memaksa kita memeluk sepi sendiri-sendiri... Hingga mungkin hanya tulisanmu di
surat yang jadi penghangatnya.
Atas nama cinta dan bangsa
Indonesia, aku merindukanmu.
(Sersan. Djatmiko
Hardjotaruno)