Dara jangan kau bersedih
Ku tahu kau lelah
Tepiskan keruh dunia
Biarkan mereka... Biarkan mereka..
Sebuah puisi kutulis untuk Dara, separuh jiwaku… surgaku. Dara,
entah dimana dia sekarang… tak ada seorangpun yang tahu. Sejak dia memutuskan
untuk pergi berkeliling dunia mencari cinta sejatinya 2 tahun lalu, dia tidak
pernah kembali lagi. Sementara aku yang telah lama memendam cinta padanya hanya
bisa diam dan tak menahan kepergiannya. Bodohnya aku.
Seandainya saja kau mau mengerti Dara, mungkin kau bisa
menemukan cinta sejatimu di diriku dan pasti keadaan tak akan sesulit ini
untukmu, untukku dan untuk kita. Sekarang aku hanya bisa mengutuk diriku sendiri
yang tak menahan kepergianmu. Setiap hari tangan lenggangku ini terpaksa
memeluk tubuhku sendiri dan beberapa kenangan yang pernah kita buat bersama.
Dara, aku merindukanmu.
Dara, setiap hari keadaanku makin parah. Aku tak ubahnya
sisa-sisa hujan yang menggenang lalu mengenang di jalanan berlubang, menunggu
matahari menguapkanku menjadi awan dan berdoa pada Tuhan, berharap awan ini
akan berjalan menuju tempatmu dan menjatuhkanku sebagai hujan yang pelan-pelan
menyentuh kulit halusmu.
Tenangkan hati di sana
Tertidur kau lelap
Mimpi yang menenangkan
Biarkan semua
Kadang aku ingin berada di hari kemarin, terjebak berjam-jam
tawa dan canda bersamamu sambil menuliskan lagi sebuah kenangan dalam hidup. Cinta
yang diam-diam kusembunyikan darimu ini ternyata pelan-pelan membunuhku,
maafkan aku Dara. Harusnya tak begini.
Dara, cintaku yang begitu besar membuatku begitu kecil
dihadapanmu, bahkan untuk sekedar berkata “aku sayang kamu” sangat sulit,
lidahku kelu melihatmu. Aku takut kau akan meninggalkanku ketika aku mengubah
semua pertanyaan-pertanyaan hati ini menjadi pernyataan hati. Tapi kini aku
menyesal, karena ternyata kau tetap pergi dan pernyataan hatiku tetap jadi
pertanyaan. Semoga kau tenang di sana, karena itu pilihanmu.. Dara.
Kurangi beban itu
Tetap lihat kedepan
Tak terasingkan dunia
Dua jiwa perih
Tetap lihat kedepan
Tak terasingkan dunia
Dua jiwa perih
Sejujurnya Dara, aku ingin sekali menjadi bagian dari
lamunanmu yang sering kau ceritakan itu, yang sering membuatmu tertawa
malu-malu. Tapi tidak dara, aku terlalu pengecut untuk menjadi bagian dari
pikiranmu meski hanya sedikit saja. Aku hanyalah seorang yang gemar mengurung
diri di pikiranku sendiri sambil memeluk kenangan kita. Tragis, seandainya saja
memiliki itu semudah mencintai.
Dara, aku harap masih ada kesempatan di sana, di cintamu itu
yang akan jadi tempat kita berdua dan hati yang menyatu. Aku selalu mendoakanmu
di sini, semoga kau baik-baik saja di sana.
Tuhan, aku tenang jika dia senang… biarlah dia aku kenang.
@gerimis_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar