Kamis, 19 Juli 2012

Senja di Batas Khatulistiwa #7 - Djatmiko


Dik Susi

Entah sudah hari apa dan tanggal berapa ini, aku tidak ingat lagi. Dik Susi aku tidak tahu apakah suratku untukmu sampai atau tidak, yang pasti aku tidak menerima sepucuk surat pun darimu. Ya aku tahu jika itu semua karena keadaan tidak memungkinkan. Akan sulit untuk seorang tukang pos datang dan mengantar surat ke medan perang ini. Tapi tak apa dik, aku akan terus mengirimkan surat demi mengabarkan keadaanku, aku tidak ingin membuatmu khawatir.

Oh iya, apakah saat ini kamu sudah kembali ke Jakarta? Ke rumah orang tuamu? Apakah kamu sudah menceritakan tentang kita? Apakah mereka menentang kita? Aku harap apapun jawaban mereka, itu adalah hal yang terbaik untukmu.

“Amare non est peccatum – Cinta itu bukan dosa”

Itu adalah kata-kata yang selalu aku percaya..aku lupa itu kata-kata darimana, yang aku tahu setiap orang berhak jatuh cinta pada siapa saja. Aku percaya jika Tuhan menciptakan cinta untuk menyatukan hambaNya bukan untuk memisahkan. Dik Susi aku berharap bisa segera meninggalkan tempat ini dan segera menemuimu. Semoga saja kamu memang diciptakan Tuhan dari tulang rusukku.

Saat ini aku masih bersembunyi dari kejaran musuh, sedang hujan juga…hanya saja, hujan kali ini tidak cuma turun dari langit tapi juga dari mataku yang menyimpan banyak rindu untuk memandangmu.


Di antara terjangan rindu


Sersan. Djatmiko Hardjotaruno





ps: balasan surat ini bisa dibaca ---> di sini




1 komentar: