"Diantara gema takbir, aku akan melangkah dengan keyakinan Laailaaha Illallaah dan menunggumumu di Janatul Firdaus Na'im"
Alif laam miim..
Dzaalikal kitaabu laa raiba fiihi hudal lil muttaqiin..
Alladziina yu'minuuna bil ghaibi wa yu qiimuunash shalaata wa mim maa razaqnaahum yunfiquun..
Wal ladziina yu'minuuna bi maa unzila ilaika wa maa unzila min qablika wa bil aakhirati hum yuuqinuun..
Ulaa-ika 'alaa hudam mir rabbihim wa uaa-ika humul muflihuun.. (QS Al Baqarah 1-5)
Itulah yang ku dengar sesaat sebelum Adzan maghrib dikumandangkan di rumahmu, dari toa masjid terdengar beberapa orang tampak sedang mengaji melantunkan ayat-ayat suci Al quran.
"Kita sholatnya bareng aja ya." katamu padaku
Aku terdiam sesaat, apakah aku pantas menjadi imam bagimu? Tapi dilain sisi aku berpikir "aku adalah laki-laki.. suatu saat, kelak menjadi imam bagi keluargaku." Namun apakah wanita ini yang akan menjadi ma'mumku nanti? Apakah wanita ini yang akan mengamini setiap doaku?
"Kok diem sih? Gak mau ya jadi imam aku?" Tanyamu lagi
"Eng.. Mmm.. Kenapa gak sholat sendiri-sendiri aja?" Kataku
"Kan pahalanya lebih besar kalau sholat berjamaah, sekalian kamu latihan jadi imam."
Latihan jadi imam? Hmm.. mungkin ada benarnya juga, tapi jika ini sebuah latihan.. aku takut jika sholatku tidak khusyu dan itu akan mengacaukan sholatnya nanti. Ini sholat, bukan main-main karena ini berurusan dengan Allah walaupun kamu bilang latihan jadi imam tetap saja aku tidak boleh sembarangan.
"Gimana? Mau imamin aku gak?"
"Aku coba."
Aku coba? Jawaban macam apa itu, kenapa kata-kata penuh keraguan seperti itu yang keluar dari mulutku? Ini masalah keyakinan, aku harus menjawabnya dengan yakin bukan dengan keraguan. Dan lagi apakah benar aku pantas menjadi imam baginya? Aku ini hanyalah laki-laki yang tidak begitu paham masalah agama, aku hanya hafal 4 surat pendek dan itu pun benar-benar surat yang paling pendek dalam Al quran.
"Tapi aku baca doanya masih jelek loh, kamu yakin mau aku imamin?"
"Gak masalah, yang penting kamu niat jadi imam aku."
Astaghfirullah, entah kenapa wanita ini begitu yakin untuk menjadi ma'mumku? Sedangkan aku yang dia pilih menjadi imam ini malah penuh dengan keraguan. Apakah Allah memang sengaja menggerakkan hati wanita ini dengan sebuah keyakinan untuk meyakiniku? Apakah sudah saatnya aku mempersiapkan diri menjadi imam?
"Yaudah kamu ambil wudhu aja dulu, sebentar lagi Adzan" Katamu
"Kamu? Gak wudhu?"
"Aku udah wudhu tadi, sekarang kamu."
Ya Allah, aku mencintai wanita itu sejak lama dan kini aku semakin jatuh cinta dengan keyakinan dan ketaatannya padaMu. Jika Engkau mempercayakan aku untuk menjadi imamnya, aku harap namanya benar-benar tertulis di Lauhul Mahfudz untuk diriku. Bukan untuk sekedar aku cintai tapi juga untuk aku solehahkan dirinya.
Aku percaya padaMu ya Allah, jika Engkau maha mengetahui dan pasti Engkau pun menyadari apa yang aku lakukan setiap malam dalam sholatku. Berjuta rindu yang aku dzikirkan berlomba dengan begitu banyak doa yang aku selipkan namanya, apakah masih belum cukup membuatMu mendekatkannya padaku? Entahlah, aku percaya Allah punya cara sendiri untukku.
"Aku udah wudhu, yuk kita siap-siap sholat."
"Yuk."
Dan begitu kami bersiap, tak lama kemudian adzan berkumandang.. memanggil umat muslim untuk segera datang menghadapMu dalam sholat. Maka dengan penuh keyakinan dan keikhlasan aku akan menjadi imam baginya.
Allahu akbar, Allahu akbar..
Asy-hadu allaa ilaaha illallaah
Asy-hadu anna muhammadar rasulullah
Hayya'alash shalaah
Hayya'alal falaah
Allahu akbar, Allahu akbar
Laailaaha illallaah..
" Aku berwudhu dengan rindu, lalu ku shalawatkan sebuah cinta, ku doakan namamu dan ku dzikirkan kisah kita.. agar Tuhan setuju, aku dan kamu."
waaa sy juga baru hapal surat2 pendek T,T
BalasHapus